Minggu, 17 Mei 2009

Berharaplah Hanya KepadaKu

Kalau kita berharap pada orang lain, jelas sulit. Kalau kita berharap pada berhala, dukun dan lain sebagainya, jelas ini adalah musuh Allah, jadi saya tidak membahas hal ini. Dan ternyata Firman Tuhan mengajarkan supaya kita juga tidak berharap pada kehebatan diri sendiri dan segala fasilitas yang Dia sediakan bagi kita.

Sebuah keluarga hendak berekreasi ke Bali. Mereka perlu membeli tiket pesawat udara. Karena anaknya masih kecil, maka seluruh persiapan perjalanan pasti dilakukan oleh orang tuanya. Seringkali, karena si anak ingin memastikan perjalanan tersebut, setiap ketemu dengan orang tuanya dia tanya, "tiketnya udah dibeli?", "uang untuk beli tiketnya udah tersedia belum?", dan berbagai pertanyaan lainnya. Kenapa begitu? Karena anak ini sangat berharap kepada orang tuanya. Walaupun sebenarnya tanpa bertanya, tanpa usaha yang keras, jika memang orang tuanya sudah siap, dalam dana, waktu dan pemikiran untuk persiapannya, pasti sudah dibeli tiket dan perjalanan tidak terhambat.

Dalam Ratapan 3 : 21-26, kita belajar bahwa Tuhan justru menghendaki kita diam atau tenang-tenang saja, karena Tuhan menghendaki kita percaya sungguh-sungguh kepdaNya. Tuhan tidak menghendaki kita ngotot dengan segala kekuatan kita, yang seringkali kita sendiri tidak mengetahui apakah ngotot itu menghasilkan sesuatu. Tuhan itu tahu apa yang dibutuhkan oleh anak-anakNya.

Dalam Maz 147:1-9, sungguh, yang Tuhan mau itu kita bernyanyi memuji Tuhan, karena itulah hal indah yang seharusnya kita lakukan dan pelihara. Tuhan menghendaki supaya kita bisa senantiasa bersyukur, kita selalu gembira, berbahagia dan penuh dengan damai sejahtera. Jangan risau dengan segala yang terjadi di sekitar kita atau apa yang memang sedang kita alami. Tuhan tahu segala sesuatu, termasuk apa yang kita butuhkan. Syarat yang dicatat di sini, di ayat 6 dan 11. Janganlah kita berlaku fasik, ini akan menyebabkan kita tidak dapat bersyukur. Boro-boro damai sejahtera, pikirannya selalu berputar, bagaimana untuk mendapatkan uang, kekuasaan dan kegembiraan duniawi dengan berbagai cara. Tuhan tidak suka dengan kesombongan yang merasa bahwa ia bisa mengalahkan dunia dengan caranya sendiri, dengan kekayaannya, dengan kekuasaannya yaitu dengan kekuatannya sendiri. Yang Tuhan mau adalah kita takut akan Dia, kemudian berharap akan kasih setia-Nya.

Mazmur 33 : 12-22. Itulah sebabnya kita perlu untuk berdoa dan berharap padaNya, supaya jangan sampai kita sudah cape-cape bekerja, ternyata karena Tuhan tidak berkenan kepada kita dan segala usaha kita, semuanya sia-sia saja. Supaya kita bisa senantiasa berharap kepadaNya, kita perlu Dia menyertai kita.
Gimana Dia yang kudus mau menyertai kita, kalau kita hidup seenaknya. Tidak mau mendengarkan Dia. Selalu merasa diri kita, pendapat kita, dan apa yang kita pikirkan itu sudah benar dan HARUS dikerjakan dan terjadi. Kalau kita berteman dengan orang seperti itu, bukankah kita juga bosan, sebal dan mungkin akan menjauhi dia, walaupun sesabar apapun kita. Dan jika memang kita luar biasa sabar, paling-paling kita jadi munafik, berpura-pura mau mendengarkan dan mengiyakan. Inipun malah menjadikan kita tidak diperkenan oleh Tuhan.

Mari kita baca 2 Tesalonika 2:13-17. Nah, kalau kita berdiri teguh dan berpegang pada ajaran Kristus, Tuhan Yesus sendiri yang menganugerahkan kita penghiburan abadi dan pengharapan baik. Dengan begitu kita dikenal bukan saja oleh Tuhan, tetapi juga orang-orang di sekitar kita sebagai orang yang santun, rajin, sopan, benar dalam pekerjaan dan perkataan.

Renungan ini saya tutup dengan 2 Petrus 1 : 16-19. Kita harus percaya bahwa ini bukan dongeng atau isapan jempol, bahwa Tuhan Yesus sungguh adalah Allah yang berkuasa atas surga dan bumi. Oleh sebab itu kita harus sungguh-sungguh memperhatikan setiap FirmanNya sampai Firman itu sangat nyata di dalam kehidupan kita, sehingga kita menjadi anak-anak yang penuh pengharapan dan berhasil dalam segala hal.

AMIN.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar