Jumat, 29 Mei 2009

Baik Sejak Awal sampai Akhir

Pembangunan sebuah rumah yang baik secara konstruksi dan estetika, membutuhkan suatu perencanaan yang matang, sehingga diperlukan suatu gambar yang detail dan biasanya mengacu pada bangunan lain yang memiliki standar yang baik. Memikirkan bahan-bahan apa yang harus digunakan, jenis besinya, jenis pasirnya, jenis batunya, jenis kayunya, dll, supaya kuat dan indah, dan juga mencapai masa pakai yang cukup.
Dan setelah pekerjaan pembangunannya selesai, akan dilakukan inspeksi apakah hasilnya sudah sesuai dengan yang diharapkan atau tidak.

Ternyata penemu cara kerja yang baik ini bukanlah manusia, melainkan Tuhan. Mari kita baca dari Kej. 1:26-31. Tuhan tidak secara serampangan menciptakan kita, manusia. Ia menciptakan kita melalui suatu perencanaan dengan contoh yang sempurna. Ia menghendaki kita tercipta menjadi sosok yang baik, bahkan sempurna. Juga Ia memperhatikan nutrisi apa yang diperlukan sehingga kuat mencapai usia puluhan, bahkan, kalau Roh Tuhan selalu ada bersama manusia, awalnya ratusan tahun. Demikian pula dengan bangunan tadi, kalau tidak dihuni akibatnya banyak bocor dan kerusakan yang tidak terurus dan akibatnya konstruksinya menjadi bermasalah/ keropos, masa pakainya juga memendek. Kej. 6:3.

Mari kita baca Fil 1:3-11. Disini Paulus secara jelas mengingatkan, bahwa apa yang baik itu dimulai oleh Dia, dan bukan saja dimulai, tetapi juga dipelihara oleh Dia sampai pada hari Kristus Yesus. Dan oleh inilah Paulus senantiasa mengucap syukur kepada Tuhan. Peran Tuhan adalah mendukung dalam pemeliharaan jemaat, dan jemaat yang turut menerima kasih karunia yang Paulus dapatkan bahkan bisa semakin melimpah dengan cara memperoleh pengertian dan pengetahuan yang benar. Mengapa harus yang benar? Adalah supaya sampai pada akhirnya, yaitu ketika Kristus datang kembali, kita didapati suci dan tak bercacat, penuh dengan buah, bukan sembarang buah yang kita kembangkan sendiri, tetapi buah yang hanya berdasarkan kasih karunia Kristus yaitu buah kebenaran.

Ibr. 3:12-19 mencatat, bahwa kita wajib untuk waspada selama kita hidup di dalam daging yang sudah terbatas ini, supaya nantinya bukan saja ratusan tahun dari Tuhan, tapi bahkan untuk selamanya kita menjadi bukti kemuliaanNya.
Seorang yang murtad, tidak mungkin ada Roh Tuhan, dan inilah yang menyebabkan keberadaan seseorang tidak akan diperpanjang oleh Tuhan. Dan Firman Tuhan yang kita percaya ini menjelaskan bahwa kemurtadan adalah karena hati yang jahat dan ketidakpercayaan. Seperti jemaat Filipi tadi, sekali lagi ditegaskan, kita telah beroleh bagian dalam Kristus, tapi syarat pemeliharaan adalah kita teguh berpegang kepadaNya sampai kepada akhirnya dan tidak terpedaya oleh dosa sehingga hati menjadi tegar dan itulah hati yang jahat.
Ada satu frasa yang menarik disini, yaitu "nasihatilah seorang akan yang lain SETIAP HARI selama masih dapat dikatakan 'hari ini'." Seperti kalau kita mengunjungi rumah seorang sahabat kita, bila kita melihat ada yang tidak beres di rumah itu, misalnya bocor, kita berkomentar "wah sayang ya ada bocor disitu, nanti rumah yang bagus ini rusak, lho". Dan kalau sahabat itu tidak menganggap angin atau mempedulikan komentar itu, atau di bacaan tadi tidak mengeraskan hati, rumahnya akan terpelihara sempurna. Nah, kalau suara seorang sahabat saja perlu diperhatikan, bagaimana dengan suara Tuhan?

Mari kita buka dan baca Luk. 11:20-28. Jangan hanya bangga bisa mendengar atau mengetahui suara atau Firman Tuhan, tapi perhatikanlah itu, karena itulah bukti kepercayaan itu sendiri. Tuhan bukan saja marah, tapi bahkan murka kepada pendosa dan menyumpahi yang tidak taat. Dan dalam Lukas yang baru saja kita baca, memelihara kehidupan di dalam Tuhan sangat penting, karena jika tidak demikian, bukan saja seseorang bisa kembali seperti semula sebelum mendapat kasih karunia Tuhan, tapi bahkan bisa lebih buruk lagi.

Mari kita baca juga dari 2 Pet. 2:20-22. Saya jadi teringat dengan kesaksian seseorang, yang sudah disampaikan : "saya bersyukur bahwa setelah 50 tahun ikut sekolah minggu, akhirnya memperoleh rahasia atas pengetahuan dan pengertian yang benar tentang bagaimana hidup terpelihara di dalam Tuhan", sehingga awal yang baik akan bisa diakhiri dengan baik dipimpin oleh yang benar. Ini juga ditegaskan dalam Galatia 3:1-9, hidup oleh iman sama dengan hidup di dalam Roh. Kita tidak mau menyia-nyiakan kesempatan pada waktu kita memperoleh kasih karunia dengan hidup di dalam daging.

Bukan baru-baru ini, atau di Perjanjian Baru saja Tuhan mengingatkan kita, tapi sejak dahulu kala. Kita buka lagi Ulangan 11:13-23. Saya tidak akan membahas Firman ini satu persatu karena kita sudah mendapat pengertian dari yang saya sampaikan tadi.

Nah, akhirnya kita buka juga Wah. 21:1-8. Jadi dari awal sampai akhir, Tuhan menghendaki kita hidup terpelihara dengan baik di dalam Dia. Dari yang sempurna, kembali kepada yang sempurna. AMIN.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar